Data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) per September 2010 menunjukkan jumlah rekening di bank umum meningkat lebih dari satu juta rekening. Pada periode tersebut, jumlah rekening tercatat 95,59 juta rekening dari sebelumnya 94,5 juta per Agustus 2010.
Berdasarkan jenis simpanannya, kenaikan jumlah rekening yang cukup signifikan terjadi pada tabungan yaitu sebesar 1,02 juta rekening. Kenaikan simpanan itu juga terjadi untuk masing-masing nominal simpanan, kecuali di bawah Rp100 juta yang tidak berubah.
Kenaikan terbesar terjadi pada segmen nominal di atas Rp5 miliar dengan peningkatan sebesar Rp33,88 triliun.
Merujuk data LPS tersebut, kenaikan nominal simpanan di atas Rp5 miliar itu, menurut Kepala Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk, Anton Gunawan, mengindikasikan kesenjangan kepemilikan simpanan di bank umum.
Jumlah simpanan dengan nominal di bawah Rp100 juta mencapai Rp386,09 triliun atau merepresentasikan 17,7 persen dari total simpanan. Sementara itu, simpanan dengan nominal di atas Rp5 miliar mencapai 38,97 persen atau sekitar Rp845,86 triliun.
Padahal, jumlah rekening untuk nominal di atas Rp5 miliar hanya sebanyak 36,09 ribu rekening atau 0,04 persen. Bandingkan dengan jumlah rekening untuk pemilik dana di bawah Rp100 juta yang mencapai 93,42 juta rekening atau mencapai 97,73 persen.
"Ini menunjukkan indikasi kesenjangan kepemilikan uang di bank," kata Anton kepada VIVAnews di Jakarta, Kamis malam 4 November 2010.
Anton menjelaskan, indikasi kesenjangan itu juga terlihat dari komposisi pendapatan masyarakat di Indonesia timur. Tingkat produk domestik bruto (PDB) di kawasan itu cenderung lebih rendah dibanding di Pulau Jawa dan Sumatera.
Selain itu, dia menambahkan, kesenjangan terlihat dari masih banyaknya warga miskin dan hampir miskin yang memperoleh bantuan langsung tunai (BLT). "Jumlahnya sekitar 17 juta jiwa kepala keluarga," tuturnya.
Dengan asumsi satu keluarga memiliki empat orang anggota keluarga, maka warga miskin dan hampir miskin itu mencapai sekitar 68 juta jiwa.
Anton menjelaskan, dengan indikasi kesenjangan perolehan pendapatan yang ditunjukkan dengan data-data tersebut, rata-rata pendapatan per kapita penduduk Indonesia tahun ini yang diperkirakan US$3.000 atau Rp27 juta tidak lantas merepresentasikan pendapatan seluruh penduduk.
Lalu, solusi apa yang bisa ditawarkan untuk menekan kesenjangan itu?
Anton kemudian menyebutkan upaya yang bisa ditempuh pemerintah, di antaranya dengan peningkatan pembangunan di bidang kesehatan dan pendidikan. "Kesehatan dan pendidikan bagi warga miskin dan hampir miskin harus menjadi perhatian," ujarnya.
Dengan kesehatan dan pendidikan yang membaik, menurut dia, pendapatan masyarakat juga berpotensi meningkat. Namun, hal itu juga harus ditunjang dengan terbukanya lapangan pekerjaan. "Jadi perlu semacam redistribusi pendapatan," tuturnya.
Selain itu, beberapa program pemerintah seperti penyaluran kredit usaha rakyat (KUR), menurut dia, dapat menjadi alternatif untuk pemerataan pendapatan itu.
http://bisnis.vivanews.com/news/read/186962-orang-makmur-banyak--meratakah-pendapatan-