Musibah yang melanda Gunung Merapi, Yogyakarta dan Mentawai, Sumatera  Barat, meninggalkan duka yang mendalam. Tak hanya keluarga atau teman  para korban, tapi juga semua orang yang ikut merasakan kesedihan
Kesedihan  mendalam adalah respon alami ketika seseorang mengalami kehilangan.  Rasa sedih bisa ditunjukkan dengan berbagai cara. Menurut  Robert  Neimeyer, seorang profesor psikologi di University of Memphis, Amerika  Serikat banyak anggapan atau kepercayaan seputar reaksi kesedihan.  Sayangnya, banyak orang yang salah kaprah tentang cara meluapkan emosi  ketika berkabung. 
Anggapan : Tidak masalah untuk sering menangis
Fakta  : Kesedihan tidak selalu ditunjukkan dengan cara yang sama. Karena,  tidak ada cara yang benar untuk mengekspresikan rasa sakit, sedih,  rindu, atau hal lain dari transisi untuk menyesuaikan diri dengan  kematian orang yang dicintai. Respon intensif terkadang dilihat sebagai  'kontrol kehilangan', tapi ini tentang cara mereka berproses dengan  kehilangan yang dialaminya.
Anggapan: Jika tidak menangis, akan terasa jauh lebih berat
Fakta  : Beberapa orang tidak pernah menangis. Menurut Neimeyer, ekspresi  kesedihan bisa ditunjukkan dengan cara yang berbeda. Tidak menangis  bukan berarti tidak bersedih, malah sebaliknya kesedihannya terlalu  dalam untuk ditunjukkan dengan airmata. 
Namun, jika menahan  tangis, kondisi bisa menyebabkan proses menyesuaikan diri dengan situasi  kehilangan bisa jadi lebih lama dan lebih sulit. 
Anggapan: Kesedihan akan hilang dengan sendirinya
Fakta  : Kebanyakan orang tidak pernah berhenti berduka ketika menghadapi  kematian orang yang dicintainya. Justru mereka belajar untuk hidup  dengan rasa sedih tersebut. Kesedihan merupakan respon, bukan garis  lurus dengan titik akhir. Tahap kesedihan dan penyesuaian seperti suatu  proses panjang untuk hidup kembali.
Anggapan: Waktu akan menyembuhkan 
Fakta  : Perjalanan waktu sering dianggap 'penyembuh' kesedihan karena  kehilangan. Tetapi, proses ini tidak selalu stabil. Kesedihan akan pergi  dan muncul, bahkan dalam satu titik, bisa menjadi rasa sakit luar biasa  setelah beberapa waktu lamanya. Masa kesedihan dan rasa sakit memang  bisa berkurang tetapi membutuhkan waktu lama. 
Anggapan : Kesedihan harus segera berakhir dalam waktu yang ditentukan
Fakta:  Abaikan aturan yang ada kalau kesedihan harus berakhir pada waktu  tertentu. Menurut Sherry E. Showalter, seorang psikoterapis dan penulis  buku 'Healing Heartaches: Stories of Loss and Life', banyak sesi  konseling yang keliru dan berharap kondisi yang lebih baik (atau mungkin  kerabat yang mengharapkan hal ini).
"Setiap orang memberitahu  saya cerita yang sama, karena mereka masih merasakan sakit. Belajar  bagaimana berduka pada akhirnya adalah bagian naluri, seperti sebuah   perjalanan bersama-sama dan membuat seseorang seperti belajar bagaimana  untuk bertahan hidup," kata Showalter seperti dikutip dari  www.caring.com.
http://kosmo.vivanews.com/news/read/185248-luapan-emosi-saat-berduka